🦭 Pertanyaan Tentang Aqidah Syariah Dan Akhlak

25Juni 2020 - Updated on 26 Juni 2020. 0. Islam berakar kata dari "aslama", "yuslimu", "islaaman" yang berarti tunduk, patuh, dan selamat. Islam berarti kepasrahan atau ketundukan secara total Read more. Aqidah. Ayatayat Al-Quran tentang Akhlak Dalil mengenai akhlak ini Aqidahadalah suatu kepercayaan atau iman yang kuat, teguh, dan pasti, dimana tidak ada keraguan sedikitpun bagi setiap orang yang merasa yakin terhadapnya. Dalam Agama Islam aqidah adalah hal yang meliputi keimanan seseorang yang dipegang teguh terhadap Allah SWT beserta sifat-sifat yang dimiliki-Nya. Apa itu Akhlak Akhlakadalah nilai suatu perilaku atau tindakan dengan baik atau buruk. Akhlak yang baik atau buruk dalam islam tentu didasarkan kepada pondasi islam yaitu rukun iman dan rukun islam. Sedangkan, orang-orang yang tidak memiliki agama akan melandaskan kebaikan akhlaknya pada penalaran diri sendiri atau sekedar hawa nafsunya semata. OhSantri~ Soal tanya jawab Mata pelajaran ASWAJA atau Ke-NU-an kelas 8 (delapan) BAB I Materi Tentang Konsep Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. Berikut ini soal tanya jawab yang kami maksud. Soal tanya jawab ASWAJA Kelas 8 (delapan) BAB I Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. Kumpulan Materi ASWAJA MTs Semester Ganjil Dan Genap Untuk Kelas 8 FanyaRamadhina (2001113290) Assalamualaikum saya akan menjawab Pertanyaan dari Nur Fadila Secara garis besar Akidah, Iman dan Taqwa mempunyai pengertian yang sama yaitu keyakinan dan kepercayaan. Akidah Islam dalam al-Qur'an merupakan iman dan taqwa. Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. KunciJawaban Akidah Akhlak Kelas 11 Halaman 106 Ayo Berlatih Bab 5 2. Kritisilah ajaran tasawuf yang meninggalkan syari'at! 3. Apa yang akan terjadi apabila mementingkan hakikat dan meninggalkan syari'at atau sebaliknya? 4. Lakukanlah analisis terhadap kedudukan ma'rifat dalam ajaran tasawuf! 5. dansesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yg beriman kepada jalan yang lurus." (Al-Haj 22:54) Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Aqidah sebagai system kepercayaan yg bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, SoalUlangan dan Jawaban Aqidah Akhlak Menghindari Akhlak Tercela Kelas 11 Aliyah Pilih satu jawaban yang paling benar dari alternatif jawaban A,B,C,D atau E di bawah ini. 1. Suatu perbuatan yang melanggar ketentuan syariat Allah dan Rasul-Nya seperti meninggalkan shalat disebut. A. Maksiat B. Tahayyul C. Dosa D. Khurafat E. Bid'ah 2. KirimPertanyaan . Jawaban-jawaban baru . Mengenal Islam HUBUNGAN DOSA, KEMAKSIATAN DAN AKHLAK DENGAN AQIDAH 04-10-2020 Menyaksikan : 63153 Keutamaan Amalan-amalan 37666 Semua Hak Dilindungi Milik Website Soal Jawab Tentang Islam© 1997-2022 a merubah agama sebelumnya b. menyempurnakan akhlak c. menyempurnakan agama d. menyempurnakan hukum 8. Tauhid dengan mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya, dan W5ucz. Berikut ini adalah tanya jawab seputar masalah akidah, bersama Syaikh Muhammad bin Sulaiman At-Tamimi Makna “Rabb”?JawabMaknanya adalah Penguasa, Yang Berhak Disembah, Yang Mengatur, dan hanya Dia yang berhak diibadahi.***Apakah Perbedaan Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah?JawabTauhid rububiyah mengesakan Allah terkait perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala, seperti mencipta, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, menurunkan hujan, menumbuhkan tetumbuhan, dan mengatur segala uluhiyah mengesakan Allah terkait perbuatan seorang hamba kepada Rabb-nya, seperti berdoa, khauf takut, raja’ berharap, tawakal, inabah taubat, raghbah berharap, rahbah takut, nadzar, istighatsah berdoa ketika dilanda kesulitan, dan jenis lain dari ragam ibadah.***Untuk apakah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Muhammad shallallahu alaihi wa sallam?JawabUntuk mengajak para hamba agar beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata–tiada sekutu bagi-Nya–serta agar mereka tidak menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sesembahan melarang peribadatan kepada sesama makhluk, seperti malaikat, para nabi, orang saleh, batu, dan أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Aku, maka sembahlah Aku.” Al-Anbiya25وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul untuk tiap umat agar menyerukan, Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut itu’….” An-Nahl36وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رُّسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِن دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ“Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelummu, Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?’” Az-Zukhruf45وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Adz-Dzariyat56Dengan demikian, bisa diketahui bahwa tujuan Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhluk-Nya adalah supaya mereka beribadah dan bertauhid kepada-Nya. Lalu Dia mengutus rasul-rasul kepada para hamba-Nya agar mereka memerintahkan hal itu.***Apakah perkara terpenting yang Allah perintahkan? Apa pula perkara terpenting yang Allah larang?JawabPerkara terpenting yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan adalah mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam beribadah terbesar yang Allah Subhanahu wa Ta’ala peringatkan adalah syirik, yaitu menyeru dzat lain bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala atau menyerahkan sebagian macam ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Barang siapa yang menyerahkan satu bentuk ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala berarti dia telah menjadikannya sesembahan dan dia telah menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan selain-Nya, atau menujukan sebagian dari macam-macam ibadah tersebut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.***Apakah makna “al-urwatul wutsqa” tali yang sangat kuat?JawabMaknanya adalah “la ilaha illallah”.La ilaha nafi; menunjukkan penolakan terhadap seluruh sesembahan selain itsbat; menunjukkan penetapan bahwa seluruh ibadah hanya berhak untuk Allah.***Perbuatan apakah yang paling utama sesudah mengucap dua kalimat syahadat?JawabYang paling utama adalah mendirikan shalat lima shalat yang terpenting masuk dalam hati; tanpa perlu dilafalkan dengan lisan, red..Rukun-rukun shalatBerdiri apabila surat dari di atas tujuh anggota badan dahi, kedua telapak tangan, jari-jemari kaki kanan dan kaki kiri, hidung, serta bibir.Bangkit dari di antara dua melaksanakan dengan tenang dalam semua rukun tasyahud kepada Nabi shalallahu alaihi wa dalam shalatSemua takbir selain takbiratul “subhana rabbiyal azhim” atau doa-rukuk lainnya, red. ketika “sami’allahu li man hamidah” bagi imam dan orang yang shalat “rabbana wa lakal hamdu” bagi imam, makmum, dan orang yang shalat “subhana rabbiyal a’la” atau doa-sujud lainnya, red. ketika “rabbighfirli” ketika duduk di antara dua ketika tasyahud selain perincian di atas maka hal tersebut adalah sunnah, baik berupa ucapan maupun perbuatan.***Apa kewajibanku jika Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan suatu perkara kepadaku?Jawab untuk hal yang disyariatkan tersebut dengan ikhlas dan benar sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, red..Berhati-hati terhadap segala hal yang dapat membatalkan amalan di atasnya.***Manakah yang lebih utama orang miskin yang bersabar atau orang kaya yang bersyukur?JawabAdapun perihal si kaya dan si miskin serta orang yang bersabar dan orang yang bersyukur, keduanya termasuk kaum mukminin yang paling utama. Yang paling afdal di antara keduanya adalah yang paling bertakwa kepada أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ“Orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian.” Al-Hujurat13***Tuliskanlah nasihat untukku!JawabPertama kali yang aku nasihatkan kepadamu adalah hendaknya engkau memperhatikan segala ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari sisi Allah Tabaraka wa Ta’ala. Sesungguhnya beliau shallallahu alaihi wa sallam membawa dari sisi Allah Subhananu wa Ta’ala segala sesuatu yang dibutuhkan ada sesuatu pun yang bisa mendekatkan diri mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan surga-Nya, melainkan telah beliau shallallahu alaihi wa sallam perintahkan. Tidak pula ada sesuatu pun yang bisa menjauhkan mereka dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, kecuali beliau shallallahu alaihi wa sallam telah melarang mereka Subhanahu wa Ta’ala telah menegakkan hujjah kepada makhluk-Nya hingga hari kiamat. Jadi, tidak ada alasan lagi bagi seorang pun di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sesudah diutusnya Muhammad shalallahu alaih wa Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang beliau shalallahu alaih wa sallam dan para rasul,إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِن بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُوراً“Sesungguhnya Kami telah memberi wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberi wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah memberi wahyu pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Kami juga memberikan Zabur kepada Daud.” An-Nisa’165Hingga firman-Nya,لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللّهُ عَزِيزاً حَكِيماً“… Agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” An-Nisa’165**Diringkas dari buku 50 Soal Jawab Seputar Aqidah Judul Asli Dalailut Tauhid, karya Muhammad bin Sulaiman At-Tamimi. Pustaka Al-Minhaj, Jawa Tengah.* Penyuntingan oleh redaksi BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah Dalam agama Islam terdapat tiga ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah dan Rasul-Nya, yang harus diamalkan dan dibenarkan dalam hati. Yaitu iman akidah, Islam syariat, dan ihsan akhlak. Tetapi sekarang-sekarang ini ada yang mengabaikan salah satu dari tiga hal ini. Sehingga kehidupannya menjadi jauh dari agama. Dasar ajaran Islam yang terdiri dari aqidah, syariah, dan akhlak sering sekali dilupakan keterkaitannya. Contohnya seseorang melaksanakan shalat, berarti dia melakukan syariah. Tetapi shalat itu dilakukannya untuk membuat kagum orang-orang di sekitarnya, berarti dia tidak melaksanakan aqidah. Karena shalat itu dilakukannya bukan karena Allah SWT, maka shalat itu tidak bermanfaat bagi dirinya sendiri ataupun orang lain. Alhasil, dia tidak mendapatkan manfaat pada akhlaknya. Itulah yang menjadikan suatu perbuatan yang seharusnya mendapat ganjaran pahala, tapi malah menjadi suatu kesia-siaan karena tidak dilakukan semata-mata karena Allah. Penyusunan makalah ini, penulis berharap dapat menegaskan kembali mengenai kerangka dasar ajaran Islam yang terdiri dari Aqidah, Syari’ah, dan akhlak yang kian terlupakan. Di sini para penyusun akan menjelaskan tentang hubungan antara ketiganya, sehingga kemantapan seorang mukmin akan terjaga. Rumusan Masalah Bagiamana devenisi aqidah, syariah, dan akhlak ? Bagaimana hubungan aqidah , syariah, dan akhlak ? Bagaiamana keterkaitan antara akidah, syariah, dan akhlak ? Tujuan Penulisan Untuk mengetahui devenisi aqidah, syariah, dan akhlak. Untuk mengetahui hubungan aqidah , syariah, dan akhlak. Untuk menegetahui keterkaitan antara aqidah, syariah, dan akhlak. BAB II PEMBAHASAN Devenisi Aqidah , Syariah, Dan Akhlak Devenisi Aqidah menurut bahasa Arab etimologi berasal dari kata al-aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat. Sedangkan menurut istilah terminologi aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Devenisi syariah Secara etimologi syariah berarti aturan atau ketetapan yang Allah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti puasa, shalat, haji, zakat dan seluruh kebajikan. Syariat dalam istilah syar’i adalah hukum-hukum Allah yang disyariatkan kepada hamba-hamba-Nya, baik hukum-hukum dalam Al-Qur’an dan sunnah nabi Saw dari perkataan, perbuatan dan penetapan. Devenisi akhlaq Akhlaq berasal dari bahasa arab, yaitu jama’ dari kata “khuluq” خلوق secara bahasa kata ini memiliki arti perangai atau yang mencakup diantaranya sikap, prilaku, sopan, tabi’at, etika, karakter, kepribadian, moral dll. Menurut istilah, akhlak artinya tingkah laku lahiriah yang diperbuat oleh seseorang secara spontan sebagai manifestasi atau pencerminan, refleksi dari jiwa , batin atau hati seseorang. Akhlak bukan saja merupakan mengatur hubungan antara sesame manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun. [1] Hubungan Aqidah , Syariah, dan Akhlak. Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin Umar diceritakan bahwa pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW, yang kemudian ternyata orang itu adalah malaikat Jibril, menanyakan tetang arti Iman Aqidah, Islam Syariat , dan Ihsan Akhlak. Dan dalam dialog antara Rasulullah SAW dengan malaikat Jibril itu, Rasulullah SAW memberikan pengertian tentang Iman, Islam, dan Ihsan tersebut sebagai berikut. Iman Aqidah Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan Hari Akhirat serta engkau beriman kepada kadar ketentuan Tuhan baik dan buruk. Islam Syariat Engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, engkau mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa Ramadhan dan engkau pergi haji ke Baitullah jika engkau mampu pergi ke sana. Ihsan akhlak Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, tetapi jika engkau tidak melihat-Nya, yakinlah bahwa Dia selalu melihat engkau. Ditinjau dari hadis di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan antar ketiganya sangat erat bagaikan sebuah pohon. Tidak dapat dipisahkan antara akar Aqidah, batang Syariat, dan daun Akhlak. Keterkaitan Antara Aqidah, Syariah, Dan Akhlak Hubungan aqidah dengan syariat Menurut Syekh Mahmud Syaltut ketika menjelaskan tentang kedudukan akidah dan syariah menulis Akidah itu di dalam posisinya menurut Islam adalah pokok yang kemudian di atasnya dibangun syariat. Sedang syariat itu sendiri adalah hasil yang dilahirkan oleh akidah tersebut. Dengan demikian tidaklah akan terdapat syariat di dalam Islam, melainkan karena adanya akidah; sebagaimana syariat tidak akan berkembang, melainkan di bawah naungan akidah. Jelaslah bahwa syariat tanpa akidah laksana gedung tanpa fondasi, namun demikian islam menyatakan bahwa hubungan antara keduanya merupakan suatu keniscayaan, yang artinya bahwa antara akidah dan syari’ah tidak bias sendiri-sendiri.[2] Jadi ajaran islam terdiri dari dua pokok , yakni pertama akidah/iman yang terdiri dari enam rukun iman, yang landasannya adalah dalil-daalil qath’i al-qur’an dan hadist mutawatir. Kedua, syari’ah/amal sholeh yang mengatur dua aspek kehidupan manusia yang pokok, yaitu mengatur hubungan manusia dengan Allah ibadah, dan mengatur hubungan manusia dengan sesamanya atau aktivitasnya dalam masyarakat muamalah.[3] dalah makna umum, yaitu agama Islam secara keseluruhan. Sebaliknya, jika syari’at disebut bersama aqidah, maka yang dimaksudkan adalah makna khusus, yaitu hukum-hukum, perintah-perintah, dan larangan-larangan dalam masalah agama yang bukan aqidah keyakinan. Dengan demikian, maka aqidah dan syari’at merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana telah diketahui bahwa iman itu meliputi keyakinan dan amalan. Keyakinan inilah yang disebut dengan aqidah, dan amalan ini yang disebut syari’at. Sehingga iman itu mencakup aqidah dan syari’at, karena memang iman itu, jika disebutkan secara mutlak sendirian maka ia mencakup keyakinan dan amalan. Hubungan Aqidah dengan Akhlak Akidah tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan tempat berlindung di saat kepanasan dan tidak pula ada buahnya yang dapat dipetik. Sebaliknya akhlak tanpa akidah hanya merupakan layang-layang bagi benda yang tidak tetap, yang selalu bergerak. Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau “ Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaknya ”. HR. Muslim Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui melalui tingkah laku akhlak seseorang, karena tingkah laku tersebut merupakan perwujudan dari imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai iman yang kuat; dan jika perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai Iman yang lemah. Muhammad al-Gazali mengatakan, iman yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak yang buruk. Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa iman yang kuat itu akan melahirkan perangai yang mulia dan rusaknya akhlak berpangkal dari lemahnya iman. Orang yang berperangai tidak baik dikatakan oleh Nabi sebagi orang yang kehilangan iman. Beliau bersabda الحياء والايمان قرناء جميعا فاذا رفع احدهما رفع الاخر رواه الحكيم، Artinya ”Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya, maka hilang pula yang lain”. HR. Hakim Kalau kita perhatikan hadits di atas, nyatalah bahwa rasa malu sangat berpautan dengan iman hingga boleh dikatakan bahwa tiap orang yang beriman pastilah ia mempunyai rasa malu; dan jika ia tidak mempunyai rasa malu, berarti tidak beriman atau lemah imannya. Aqidah dengan seluruh cabangnya tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan tempat berteduh dari panasnya , matahari, atau untuk berlindung dari hujan, dan tidak ada pula buahnya yang dipetik . sebaliknya akhlak tanpa aqidah hanya merupakan bayang-bayang bagi benda yang tidak tetap dan selalu bergerak. Allah menjadikan keimanan aqidah sebagai dasar agama-Nya, ibadat syariah sebagai rukun tiangnya. Kedua hal inilah yang akan menimbulkan kesan baik kedalam jiwa dan menjadi pokok tercapainya akhlak yang luhur. Islam menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia, dan menjadikannya sebagai kewajiban di atas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa baginya. Atas dasar ini, agama tidak memberikan wejangan akhlak semata, tanpa didasari rasa tanggung jawab. Bahkan keberadaan akhlak, dianggap sebagai penyempurna ajaran-ajarannya. Karena agama itu, tersusun dari akidah dan perilaku. Sebagaimana yang termaktub dalam hadits berikut dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda “Orang Mukmin yang sempurna imannya adalah yang terbaik budi pekertinya,” HR. Tirmidzi. Dari hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak itu harus berpijak pada keimanan. Iman tidak cukup disimpan dalam hati, namun harus dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk akhlak yang baik. Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui melalui tingkah laku akhlak seseorang, karena tingkah laku tersebut merupakan perwujudan dari imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai iman yang kuat; dan jika perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai Iman yang lemah. Hubungan syaraiah dan akhlak Sebagai bentuk perwujudan iman Aqidah, akhlaq mesti berada dalam bingkai aturan syari’ah Islam. Karena seperti dijelaskan diatas, akhlaq adalah bentuk ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Sedangkan proses ibadah harus dilakukan sesuai dengan aturan mekanisme yang ditetapkan syariah, agar bernilai sebagai amal shalih. Syariah merupakan aturan mekanisme dalam amal ibadah seseorang mukmin/muslim dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt. Melalui prantara syariah akan menghubungkan proses ibadah kita kepada Allah. Suatu amal diluar aturan mekanisme ibadah tidak bernilai sebagai amal shalih. Dan akhlaq menjadi sia-sia jika tidak berada didalam kerangka aturan syariah. Jadi, syaria adalah syarat yang akan menentukan bernilai tidaknya suatu amal ibadah. Syariat menjadi standard ukuran yang menentukan apakah suatu amal-perbuatan itu benar atau salah. Ketentuan syariah merupakan aturan dan rambu-rambu yang berfungsi membatasi, mengatur dan menetapkan mana perbuatan yang mesti dijalankan dan yang mesti ditinggalkan. Ketentuan hukum pada syariat pada asasnya berisi tentang keharusan, larangan dan kewenangan untuk memilih. Ketentuan ini meliputi wajib, sunnah/mandub, mubah wenang, makruh dan haram. Syariah memberi batasan-batasan terhadap akhlaq sehingga praktik akhlaq tersebut berada didalam kerangka aturan yang benar tentang benar dan salahnya suatu amal perbuatan ibadah. Jadi, jelas bahwa akhlaq tidak boleh lepas dari batasan dan kendali syariat. Syariat menjadi bingkai dan praktik akhlaq, atau aturan yang mengatasi dan mengendalikan akhlaq. Praktek akhlaq tidak melebihi apalagi mengatasi syariah, tetapi akhlaq harus lahir sebagai penguat dan penyempurna terhadap pelaksanaan syari’at. Sedangkan akhlaq yang tidak menjadi penyempurna pelaksanaan syariat adalah perbuatan batal. Jadi, kedudukan akhlaq adalah sebagai penguat dan penyempurna proses ibadah seseorang. Dengan demikian, syariah berfungsi sebagai jalan yang akan menghantarkan seseorang kepada kesempurnaan akhlaq. Sedangkan akhlaq adalah nilai-nilai keutamaan yang bisa menghantarkan seseorang menuju tercapainya kesempurnaan keyakinan. Bisa terjadi suatu pelaksanaan kewajiban menjadi gugur nilainya karena tidak disertai dengan akhlaq. Seperti kasus orang yang ber infak di jalan Allah tetapi ketika dalam menyerahkan hartanya dilakukan sambil berkata-kata yang tidak baik, maka infak orang tersebut disisi Allah tidak bernilai sedikitpun karena terhapus oleh akhlaknya yang buruk. Meskipun dari segi aturan syariat ia telah melakukan kewajibannya dengan benar, tetapi secara nilai, ia diterima sebagai amal ibadah di sisi Allah swt. Tetapi bukan berarti setiap pelaksanaan syariat yang tidak dilakukan dengan akhlaq yang baik akan menggugurkan nilai ibadah seseorang disisi Allah. Dalam kasus orang shalat tidak tepat waktu , tidak menjadi gugur nilai shalatnya, tetapi hanya mengurangi keutamaannya saja, atau mengurangi kekusyuan orang yang dibelakang shofnya karena terganggu oleh gambar pada bajunya. Tetapi itu tidak menggugurkan kewajiban shalatnya. Ketetapan syariah adalah ketetapan hukum yang bersifat mutlak dan harus wajib ditaati, sedangkan akhlaq adalah nilai-nilai keutamaan yang akan menyempurnakan dan memperkuat pelaksanaan dan penegakan syari’at tersebut. Jika dalam pelaksanaan syariat mesti sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat itu sendiri, maka akhlak tidak boleh keluar dari ketentuan-ketentuan tersebut. Meskipun bersifat keutamaan dan penyempurnaan dalam melaksanakan syariat, ini tidak berarti setiap ummat dapat melakukan atau tidak melakukannya. Karena seperti telah diterangkan diatas, bahawa akhlaq adalah perwujudan dari prose amal ibadah, sehingga seseorang ummat dapat meningkatkan kualitas iman dan amal ibadahnya dengan akhlaq tersebut. Selain itu antara syariat dan akhlaq dapat dibedakan dari bentuk dan jenis sanksi yang diberikan kepada pelanggar atau mereka yang tidak menjalaninya. Sanksi bagi pelanggar syariat adalah sesuatu yang jelas dan tegas sesuai dengan ketentuan dan ketetapan yang tertuang dalam syariat itu sendiri, dan semua ketetapan yang tertuang dalam syariat itu sendiri, dan semua ketetapan sanksi itu diputuskan oleh lembaga yang berwenang lembaga ulil amri. Sedangkan bagi yang tidak melakukan akhlak hasanah, tidak ada sanksi yang ditetapkan oleh syariat sanksi terhadap pelanggaran akhlak tidak ditetapkan oleh lembaga yang berwenang, tetapi sanksi ini bisa diberikan baik oleh dirinya sendiri atau oleh lingkungan sosial dan masyarakatnya. Misalnya seorang yang menjalankan perintah puasa saum ramadhan tetapi suka menggunjing dan menyakiti orang lain, berbohong, tidak menjaga seluruh anggota badan dari perbuatan keji, ia tetap tidak bisa dikenai sanksi hukum atas perbuatan-perbuatannya tersebut, tetapi hal itu akan mengurangi ganjaran keutamaan dalam puasanya, disamping itu akan mendapat sanksi oleh dirinya sendiri atau lingkungan sekitarnya, sepertirasa penyesalan diri, gunjingan dari sesama, dikucilkan dari pergaulan, dan lain-lain. BAB III PENUTUP Kesimpulan .Devenisi Aqidah menurut bahasa Arab etimologi berasal dari kata al-aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat. Sedangkan menurut istilah terminologi aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Devenisi syariah Secara etimologi syariah berarti aturan atau ketetapan yang Allah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti puasa, shalat, haji, zakat dan seluruh kebajikan. Syariat dalam istilah syar’i adalah hukum-hukum Allah yang disyariatkan kepada hamba-hamba-Nya, baik hukum-hukum dalam Al-Qur’an dan sunnah nabi Saw dari perkataan, perbuatan dan penetapan. Devenisi akhlaq Akhlaq berasal dari bahasa arab, yaitu jama’ dari kata “khuluq” خلوق secara bahasa kata ini memiliki arti perangai atau yang mencakup diantaranya sikap, prilaku, sopan, tabi’at, etika, karakter, kepribadian, moral dll. Menurut istilah, akhlak artinya tingkah laku lahiriah yang diperbuat oleh seseorang secara spontan sebagai manifestasi atau pencerminan, refleksi dari jiwa , batin atau hati seseorang. Sebagai bentuk perwujudan iman Aqidah, akhlaq mesti berada dalam bingkai aturan syari’ah Islam. Karena seperti dijelaskan diatas, akhlaq adalah bentuk ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Sedangkan proses ibadah harus dilakukan sesuai dengan aturan mekanisme yang ditetapkan syariah, agar bernilai sebagai amal shalih. Syariah merupakan aturan mekanisme dalam amal ibadah seseorang mukmin/muslim dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt. Melalui prantara syariah akan menghubungkan proses ibadah kita kepada Allah. Suatu amal diluar aturan mekanisme ibadah tidak bernilai sebagai amal shalih. Dan akhlaq menjadi sia-sia jika tidak berada didalam kerangka aturan syariah. Jadi, syaria adalah syarat yang akan menentukan bernilai tidaknya suatu amal ibadah. Kaitan antara aqidah, syariat dan Menurut Syekh Mahmud Syaltut ketika menjelaskan tentang kedudukan akidah dan syariah menulis Akidah itu di dalam posisinya menurut Islam adalah pokok yang kemudian di atasnya dibangun syariat. Sedang syariat itu sendiri adalah hasil yang dilahirkan oleh akidah tersebut. Dengan demikian tidaklah akan terdapat syariat di dalam Islam, melainkan karena adanya akidah; sebagaimana syariat tidak akan berkembang, melainkan di bawah naungan akidah. Jelaslah bahwa syariat tanpa akidah laksana gedung tanpa fondasi. Akidah tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan tempat berlindung di saat kepanasan dan tidak pula ada buahnya yang dapat dipetik. Sebaliknya akhlak tanpa akidah hanya merupakan layang-layang bagi benda yang tidak tetap, yang selalu bergerak. Saran Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA As, Asmaran, Pengantar Studi Akhlak. Jakarta PT Raja Grafindo Persada,2002. Syaltut,Mahmud, Islam Aqidah wa Syariah, I, Kairo Dar al-Kalam, 1966. Hamka, Iman dan Amal Shaleh. Jakarta Pustaka Panjimas, 1982. al_Gazali,Muhammad, Khuluk al-Muslim, Kuwait Dar al Bayan, 1970. al_Gazali,Muhammad, Al Aqidah Islam, Kuwait Dar al Bayan,1970. Al-Maududi, Abdul, Towards Undestanding Islam, Jeddah One Seeking Mercy of Allah Ash Shiddieqy,Hasbi, Al Islam I, Jakarta Bulan Bintang 1977. [1] Harun nasution et,al., ensiklopedi islam Indonesia Jakarta Djambatan, 1992 hal. 98. [2]Mahmud syaltud, opcid.,hal. 23-24. [3]Masyfuk zuhdi, opcit., hal. 6. Oleh Amien Ramadhan Ruswal mahasiswa Universitas Surya Darma Jakarta Agama dijelaskan secara singkat oleh Nabi Muhammad SAW dalam satu kalimat yang padat dan penuh akan makna, dimana Ia menyebutnya sebagai المعاملة الدين ad-Din al-Mu’amalah, yaitu agama digambarkan sebagai sebuah interaksi. Interaksi disini memiliki pengertian sebagai bentuk timbal balik antara manusia dengan dirinya sendiri, ataupun manusia dengan sesama manusia lainnya, serta manusia dengan Tuhan ataupun lingkungan sekitarnya. Aqidah Iman Secara bahasa, aqidah mengandung arti yaitu, ikatan dan janji. Sedangkan secara terminologi, aqidah yaitu suatu kepercayaan yang dianut oleh orang-orang beragama atau tali yang menghubungkan manusia dengan yang maha pencipta. Menurut W. Montgomery Watt, seorang pakar study Arab dan keislaman mengatakan “ aqidah dijadikan sebagai salah satu istilah dalam islam yang mengalami perkembangan dalam penggunaannya. Pada saat awal permulaan Islam, aqidah belum digunakan sebagai pokok kepercayaan umat islam yang berasal dari syahadat, sebagai pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Istilah aqidah baru disebut pada saat diskusi para Muttakalimun, ulama ilmu kalam, yang membicarakan secara luas tentang kepercayaan yang terkandung dalam prinsip syahadatain, dua kesaksian, tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah, yang kemudian bermuara munculnya beberapa aliran fiqrah dalam islam. Puncak perkembangannya, istilah aqidah digunakan untuk menunjuk keyakinan dalam islam yang komprehesif yang sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab al-Aqidah al-Nizmhamiyyah karya al-Juwayni w. 478 H/ 1085 M. Ikatan dalam pengertian ini merujuk pada makna dasar bahwa manusia sejak azali telah terikat dengan satu perjanjian yang kuat untuk menerima dan mengakui adanya Sang Pencipta yang mengatur dan menguasai dirinya, yaitu Allah SWT. Sedangkan di dalam al-Qur‟an menggambarkan adanya ikatan serah- terima pengakuan antara Allah dan manusia, seperti di dalam firman-Nya “ Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman “Bukankah aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab “Betul Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan “Sesungguhnya kami Bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini keesaan Tuhan”. [7]172.4 Inti aqidah adalah tauhid kepada Allah. Tauhid berarti satu esa yang merupakan dasar kepercayaan manusia dan semua yang dilakukan manusia semata-mata ditujukan kepada Allah, terbebas dari segala bentuk perbuatan syirik menyekutukan Allah SWT. Aqidah juga sebagai objek kajian yang meliputi beberapa agenda pembahasan, yaitu pembahasan yang berhubungan dengan aspek Ilahiyah ketuhanan, nubuwah, dan ruhaniyah arkanul iman rukun iman. Aspek ilahiyah, Aspek yang meliputi segala macam yang berkaitan dengan Tuhan, seperti seperti wujud Allah, sifat-sifat Allah, perbuatan-perbuatan, dan nama-namanyaAspek nubuwah, Aspek yang meliputi segala macam yang berkaitan dengan Nabi dan Rasul, seperti kitab-kitab Allah yang diturunkan melalui Nabi dan Rasul Allah serta ruhaniyah, Aspek yang membicarakan tentang segala sesuatu yang bersifat transcendental atau metafisik, seperti ruh, malaikat, jin, iblis, dan setan. Aqidah dibangun atas enam dasar keimanan yang disebut rukun Iman. yang meliputi keimanan kepada Allah, para malaikat, kitab- kitab, para rasul, hari kiamat, serta qadha dan qadar-Nya. Syari’at Islam Sedangkan, syari’ah secara bahasa diartikan sebagai jalan, yaitu sebuah jalan di kota. Dalam arti yang lebih luas, syari’ah sering disebut sebagai din, yaitu sebagai sebuah agama yang diturunkan Allah kepada para Nabi sebagai utusannya, sebagaimana yang tercantum dalam Al-Syura 4213. Secara terminologi hukum Islam fuqaha, syari’ah kerap dipahami sebagai hukum-hukum yang Allah tetapkan bagi hamba-hamba-Nya. Sehingga, berangkat dari sini, kita bisa memahami bahwasannya syari’ah mencakup seluruh hukum samawi yang diterima oleh para Nabi langsung dari Allah SWT yang ditujukan dan hadir di tengah-tengah kehidupan seluruh umat manusia melalui titah ilahi dan sunnah. Selanjutnya, syari’ah juga dipahami memiliki arti yang luas, tidak hanya mencakup hukum dan fiqih, melainkan juga melingkupi akhlak dan aqidah. Termasuk didalamnya mengenai tauhid kepada Allah, menaati perintah-Nya, serta beriman kepada Rasul dan kitab-Nya, serta beriman akan takdir dan hari pembalasan. Singkatnya, syari’ah mencakup segala hal yang menggiring seseorang untuk berserah diri kepada Tuhan. Bila dikaji lebih lanjut, antara fiqih maupun syari’ah memiliki sumber konteks pengajaran yang sama, yaitu berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Namun keduanya memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. Syari’ah menunjukkan ciri yang bersifat tekstual karena apa yang terkandung didalamnya hanya tertuang didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tanpa ada campur tangan dari manusia. Sedangkan fiqih memiliki kandungan yang sifatnya fungsional karena kandungannya dipahami dan ditafsirkan secara lebih mendalam sehingga kandungan tersebut dapat diamalkan oeh manusia. Mengutip dari pandangan yang dikeluarkan oleh Fazlur Rahman, dimana Ia menyebut bahwasannya fiqih merupakan bentuk praktis dari syari’at yang dipegang oleh umat Islam. Akhlak Ihsan kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yaitu jamak dari kata khuluk, yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. akhlak juga diartikan sebagai suatu tingkah laku yang dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Sedangkan Kata Ihsan berasal dari hasuna yang berarti baik atau bagus. Ihsan berbuat baik merupakan kebalikan dari kata al isaa-ah berbuat buruk. antara akhlak dan ihsan keduanya meliki keterkaitan satu dengan yang lain. akhlak sering dikaitkan dengan ihsan yang menjadi bagian dari tingkah laku seorang individu, yang didalamnya mengandung ihsan atau sesuatu yang dianggap baik. ihsan menurut Rasulullah SAW. adalah beribadah kepada Allah. Ibadah ini tidak formalitas, tetapi terpacu dengan perasaan bahwa dirinya sedang berhadapan langsung dengan Allah. Dan menurut bahasa ihsan berarti kebaikan yang memiliki dua sasaran. Pertama , ia memberikan berbagai kenikmatan atau manfaat kepada orang lain. Kedua, ia memperbaiki tingkah laku berdasarkan apa yang diketahuinya yang manfaatnya kembali kepada diri sendiri. Al-Quran menekan agar manusia tidak hanya berbuat baik kepada Allah, tetapi juga berbuat baik kepada semua mahkluk Allah, yakni manusia dan alam, termasuk tumbuhan dan hewan. Dan Allah mewajibkan ihsan dalam segala perbuatan, baik yang batin maupun yang lahir jawarih yang dihadapkan kepada Allah. Maksudnya, lingkup ihsan meliputi ikhlas, kebaikan dan kesempurnaan pekerjaan itu. Dengan demikian, pengamalan agama itu tidak hanya berdimensi syari‟ah, tapi juga berdimensi ihsan yang bertujuan untuk membimbing umat Islam menjadi pribadi yang mulia, yaitu merasakan kedekatan dengan Allah. KESIMPULAN Secara garis besar, Islam bisa dipelajari dalam tiga ruang lingkup yang saling terkait. Aqidah iman, syariat islam, dan akhlak ihsan. Ketiga hal inilah yang menjadi ruang lingkup ajaran Islam. Inti dari apa yang dipelajari aqidah adalah mengenai ketauhidan. Tauhid disini berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah itu esa. Inti dari apa yang dipelajari dalam syariat ialah mengenai hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah bagi seluruh umat manusia dan diturunkan melalui Nabi Muhammad melalui titah ilahi dan sunnah. Sedangkan akhlak merupakan lingkup yang mempelajari untuk selalu berbuat kebajikan dan berbuat ihsan, tidak hanya kepada Allah, tapi juga kepada sesama manusia, alam beserta isinya. SARAN Aqidah, syari’at, dan akhlak merupakan bagian-bagian penting didalam Islam yang menjadi pondasi awal bagi Islam itu sendiri. Kita sebagai umat muslim harus senantiasa memahami ilmu-ilmu yang terkandung didalam ketiga bagian tersebut. Mengapa demikian? Sebab ini menjadi suatu hal yang penting dalam menjalani kehidupan sebagai seorang muslim agar baik dalam menjalani tauhid, memahami hukum yang ada, ataupun mengimplementasikannya melalui ihsan semuanya mampu dijalankan secara seimbang. Oleh karenanya, setiap individu diharapkan mampu memahami ilmu tersebut dengan baik dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan guna menyerbarkan kebaikan dalam berkehidupan dengan individu lainnya. Referensi BAB II Definisi dan Ruang Lingkup Ajaran Islam. Diakses pada 21 Juli 2021 melalui

pertanyaan tentang aqidah syariah dan akhlak