🐸 Cerpen Kemarau Karya Aa Navis
Sastrawanbernama lengkap Ali Akbar Navis ini menghembuskan napas terakhirnya pada tahun 2013 karena komplikasi dan penyakit jantung. Meskipun ia wafat karya-karyanya tetap abadi seperti "Robohnya Surau Kami", Kemarau (1992), Saraswati Si Gadis dalarn Sunyi, (1970), dan lain lain.
Diantara sekian banyak sastrawan Indonesia, yang pertama kali mempersoalkannya ialah Ali Akbar Navis (AA Navis) dalam ketiga karyanya, yakni cerpen "Robohnya Surau Kami", dan "Datangnya dan Perginya" (1956) dan novel Kemarau (1967). Ketiga karya ini, bila dilihat tema dan warnanya memiliki persamaan, yaitu warna keagamaan.
NovelKemarau merupakan karya sastra yang secara historis muncul dalam bentuk cerita bersambung yang dimuat dalam Harian Res Publica, Padang, tahun 1964. [3] Oleh Penerbit Nusantara, Bukittinggi, karya tersebut diterbitkan dalam bentuk novel, yang kemudian diolah lagi oleh Penerbit Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, tahun 1997, dan mulai tahun 1992
Cerpenini juga menggaet Hadiah Sastra majalah Kisah. Berkat cerpen Robohnya Surau Kami (RSK) Navis menjadi terkenal di bidang sastra. Navis mulai mengkritik melalui karya sastra. Pernah ia dikucilkan atasan karena sering berselisih dengan atasannya.
Sebagaisastrawan, A.A. Navis telah meraih sejumlah penghargaan atas karya-karya yang dihasilkannya, antara lain (1) "Robohnya Surau Kami" dinobatkan sebagai cerpen terbaik majalah Kisah tahun 1955.
Yukcek cerpen kemarau karya aa navis Awan December 23 2018. Novel Kemarau karya AA Navis bertujuan untuk memberikan nilai-nilai pemikiran
Adatokoh Dali dalam cerpen A.A Navis membuat saya tergelak sekaligus tertawa, cerita yang dibawakan dengan kocak, namun juga serius. Rekomendasi dan jempol dua untuk penulis buku ini. Saya juga pernah membaca buku A.A Navis yang lain yakni Novel Kemarau. Baca juga: Dimuat di Koran, Beragama, Berikhtiar, Bekerja Keras dalam Novel Kemarau A.A Navis
SinopsisNovel Kemarau Karya A.A. Navis - Selamat siang, selamat berjumpa lagi dengan blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi sinopsis novel Kemarau karya A.A. Navis yang diterbitkan oleh PT Grasindo pada tahun 1967. Pada sebuah desa telah terjadi musim kemarau yang panjang. Air juga susah didapatkan oleh penduduk.
CerpenIbu Karya Aa Navis. May 04, 2021. Kumpulan Cerpen AA Navis 1 PDF) MENYIBAK CITRA PEREMPUAN DALAM CERPEN "MARIA " by A.A. Navis Ibu Kita Raminten Muhammad Ali: Novel Potret Sosial - KAJIAN SASTRA Contoh Cerpen Terbaik - spacesfasr Robohnya Surau kami (AA.
AnalisisNovel Kemarau Karya A.A. Navis Awan December 23, 2018 Pendekatan objektif merupakan suatu pendekatan yang hanya menyelidiki karya sastra itu sendiri tanpa menghubungkan dengan hal-hal di luar karya sastra. Kritik objektif mendekati karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri bebas dari penyair, audience, dan dunia yang mengelilinginya!
Kemaraubook. Read 34 reviews from the world's largest community for readers. Kemarau panjang melanda sebuah kampung. Tanah jadi retak dan sawah pun jadi
SinopsisNovel "Kemarau" Karya A.A. Navis --- Kemarau merupakan roman karya A.A. Navis yang pertama, yang diterbitkan pertama kali oleh Pustaka Jaya pada tahun 1957. Para petaui semakin merasa berputus asa atas musim kemarau panjang yang sedang menimpa negeri ini. Sawah dan ladang mereka sangat kering dan cuaca panas sangat menyengat tubuh.
lytLM8. - Robohnya Surau Kami adalah kumpulan cerita pendek yang mengantarkan Navis meraih ketenaran di dunia sastra. Awalnya, cerpen ini terbit perdana pada tahun 1955 melalui majalah cerpen tersebut dimasukkan ke dalam buku kumpulan cerpen Navis yang diterbitkan Penerbit NV Nusantara di tahun 1956. Dengan oplah sekitar 3 ribu eksemplar, buku itu sampai naik cetak hingga 11 kali pada tahun 1961. Penerbitan kumpulan cerpen Navis lantas diambil alih penerbitannya oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama di tahun 1986. Dan, buku tersebut tetap laku keras dan beberapa kali dicetak ulang. Mengutip situs Ensiklopedia Kemdikbud, kumpulan cerpen Navis awalnya berisi 8 judul cerpen yaitu 1 Robohnya Surau Kami; 2 Anak Kebanggaan; 3 Nasihat-Nasihat; 4 Topi Helm; 5 Datangnya dan Perginya, 6 Pada Pembotakan Terakhir; 7 Angin dari Gunung; dan 8 Menanti Kelahiran. Pada edisi kedua yang diterbitkan PT Gramedia, ditambahkan lagi dua cerpen Navis yang berjudul Penolong dan Dari Masa ke Masa. Sinopsis Robohnya Surau Kami Dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami terdapat 10 cerpen dengan ringkasan cerita seperti berikutRobohnya Surau KamiCerpen pertama berjudul Robohnya Surau Kami. Di dalamnya berisi kisah penjaga surau yang taat beribadah namun memilih mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Penyebabnya yaitu dia menerima sindiran dari seorang pembual bahwa hidup tidak diridhoi Allah jika hanya beribadah tapi meninggalkan amal KebanggaanCerpen kedua berjudul Anak Kebanggan. Cerpen ini bercerita tentang seorang ayah yang ingin anak laki-laki mendapat kesuksesan dengan mengharapkannya menjadi dokter. Tapi, impian itu melayang saat anaknya meninggal ketiga berjudul Nasihat-nasihat. Pada cerpen ini diceritakan terdapat orang tua yang hidup lama dengan segudang asam-manis kehidupan. Dia merasa tahu segalanya. Suatu kali orang tua ini menafsirkan kisah cinta Hasibuan pada seorang gadis yang baru dikenal di atas bus. Orang tua tersebut mengatakan jika gadis itu kurang sopan dan meminta Hasibuan menjauhinya. Ternyata justru sebalik, si gadis adalah orang baik, sopan, dan HelmCerpen keempat berjudul Topi Helm. Di dalamnya dikisahkan perlakuan sewenang-wenang masinis kereta api pada bawahannya yang menjadi tukang rem gerbong bernama Pak Kari. Pak Kari sangat menghargai topi helmnya. Suatu kali Pak Kari bersalah telah lalai meninggalkan tugas mengerem gerbong kereta api. Penyebabnya, topi helm miliknya jatuh dan dia turun ke bawah gerbong padahal kereta perlu direm. Walhasil masinis marah dan membakar topi itu. Hal ini membuat Pak Kari merasa dendam. Dia lalu melempar bara api panas ke muka masinis saat berada di gerbong kereta dan PerginyaCerpen kelima adalah Datangnya dan Perginya. Diceritakan seorang ayah tidak menggubris anak-anak dari salah seorang istrinya. Saat menua, dia memperoleh surat dari anaknya untuk hadir berkunjung bertemu menantu dan cucunya. Meski awalnya muncul sikap angkuh, malu, dan bersalah, dia pergi juga memenuhi undangan itu. Lalu, dia bertemu mantan istrinya yang ternyata membuka rahasia mencengangkan. Anaknya yang bernama Masri menikahi Arni, yang tidak lain masih satu keturunan beda ibu. Sontak si ayah marah karena mantan istrinya tidak memberitahukan kekeliruan itu pada Masri. Keduanya lalu berdebat. Sang ayah lantas mengalah dan pulang tanpa menemui kedua Pembotakan TerakhirCerpen keenam bertajuk Pada Pembotakan Terakhir. Inti cerita yaitu mengisahkan Maria yang memperoleh perlakuan kejam dari neneknya. Padahal, Maria adalah anak yatim yang memerlukan dari GunungCerpen ketujuh adalah Angin dari Gunung. Cerpen ini bercerita tentang pertemuan dua mantan kekasih yang sudah berpisah selama 9 tahun. Bedanya dengan dulu, si gadis kini cacat namun tetap bersemangat menjalani hidup dengan mengabdikan diri untuk menjaga KelahiranCerpen kedelapan yaitu Menanti Kelahiran. Diceritakan terdapat pasangan muda yang menunggu lahirnya anak pertama. Suatu kali mereka ditipu orang yang menyamar sebagai pembantu rumah tangga. Orang itu berlagak melarat sehingga menimbulkan iba di hati pasangan tersebut. Dia dipekerjakan namun akhirnya mencuri barang-barang di rumah. Sang istri merasa syok yang memicu kontraksi rahim dan membuat si bayi lahir dalam keadaan kesembilan berjudul Penolong. Cerita cerpen ini seputar peristiwa kecelakaan kereta api di Batang Anai. Korban sangat banyak mengingat saat ini kereta api dipenuhi penumpang. Salah seorang penumpang bernama Sidin ikut membantu menyelamatkan korban. Dia bersusah payah ikut meringankan penderitaan orang lain saat Masa ke MasaCerpen terakhir adalah Dari Masa ke Masa. Cerpen ini dibuat berdasarkan pengalaman pengarang sewaktu masih muda. Di zaman dahulu banyak orang tua yang meminta anaknya untuk meminta nasihat pada orang tua-tua sebelum melakukan sebuah pekerjaan yang dianggap penting. Namun, kebiasaan itu berbeda dengan sekarang. Anak-anak sekarang malas bertanya dan meminta nasihat orang tua. Mereka tidak menampakkan kemajuan dan kurang inisiatifnya. Biografi Navis Ali Akbar Navis merupakan kelahiran Kampung Jawa, Padang Panjang, Sumatera Barat pada 17 November 1924. Dia meninggal dunia 22 Maret 2003 di Padang setelah mengalami sakit. Kepergiannya membawa duka bagi sang istri, Aksari Yasin, dan ketujuh anaknya yang terdiri dari Dini Akbari, Lusi Bebasari, Dedi Andika, Lenggogini, Gemala Ranti, Rinto Amanda, dan Rika Anggraini. Navis adalah sastrawan yang mendapat julukan "pencemooh nomor wahid" dan "sastrawan satiris ulung". Gelar tersebut sesuai dengan gaya penulisan Navis dan penggambaran karakter tokoh-tokoh kritis pada karya-karyanya. Para tokoh ini memberikan sikap kritis terhadap berbagai persoalan hidup. Robohnya Surau Kami adalah cerpen pertamanya yang memberikan sindiran tajam pada pelaksanaan kehidupan beragama. Karyanya ini telah mengguncang penikmat sastra Indonesia. Gaya kritis Navis tampak pula pada novel Kemarau 1967 dan cerpen berjudul Jodoh. Navis merupakan lulusan Perguruan Indonesche Nederlandsche School INS Kayutanam di tahun 1946. Dia saat itu telah bekerja sebagai pabrik porselen di Padang Panjang pada tahun 1944 - 1947. Dia lantas diangkat sebagai Kepala Bagian Kesenian, Jawatan Kebudayaan Sumatera Barat di Bukittinggi pada 1955 -1957. Navis pernah menjadi Pemimpin Redaksi Harian Umum Semangat pada 1971 - 1972. Lantas, dia mulai fokus sebagai anggota DPRD Sumatera Barat periode 1971 - 1982. Usai purna tugas jadi anggota DPRD, dia mundur dari dosen luar biasa di Fakultas Sastra, Universitas Andalas. Semenjak itu, Navis mulai mencurahkan pikiran untuk menulis. Dia selalu termotivasi dengan pertanyaan setelah membaca buku karya Hamka yakni "orang lain bisa menulis, mengapa saya tidak?"Baca juga Bagaimana Kuntowijoyo Meramu Sejarah dan Sastra Sekaligus? Sinopsis Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer Robohnya Surau Kami dan Navis yang Dianggap Mengejek Islam - Sosial Budaya Kontributor Ilham Choirul AnwarPenulis Ilham Choirul AnwarEditor Alexander Haryanto
Ketika nama sastrawan Ali Akbar Navis atau AA Navis disebut, kita mungkin akan langsung mengingat "Robohnya Surau Kami". Cerpen karangan Navis yang terbit pertama kali di majalah Kisah pada 1955 itu kemudian dikenal luas masyarakat. Soalnya, cerpen itu bukan hanya mendapat apresiasi positif dari pembaca dan pengamat sastra, tapi juga kontroversial karena dinilai mengejek Islam oleh beberapa tahukah kamu bahwa dua tahun kemudian Navis menulis cerpen lain yang juga mendulang lebih banyak kontroversi setelah diterbitkan harian Nyata di Bukittinggi dan majalah Siasat di Jakarta? Judul cerpen itu "Man Rabuka". Saking kontroversialnya, Nyata dan Siasat sampai harus mencabut cerpen tersebut dan meminta pembaca menganggap "Man Rabuka" tidak pernah ada."Ini. Ini enak, Tuan Malaikat. Isaplah candu ini. Enak ini. Reguklah tuak ini. Sedap ini. Lihatlah gambar-gambar ini, alangkah cantik-cantiknya wanita ini, Tuan Malaikat. Inilah surga, Tuan Malaikat."Ali Akbar Navis pernah mengikuti Konferensi Pengarang Asia-Afrika di Denpasar, Bali pada 1963. Foto Oey Hay Djoen/ISSI/ ucapan Jamain, tokoh utama dalam cerpen "Man Rabuka", kepada malaikat di alam kubur. Dalam cerpen karangan Navis ini terjadi percakapan antara malaikat dan dua jasad bersaudara, Jamain dan Jamalin. Semasa hidupnya, tabiat dua bersaudara ini bak bumi dan langit. Jamain hidup bergelimang dosa, sedangkan Jamalin yang alim lekat dengan ibadah .Secara harfiah, man rabbuka berarti "Siapa Tuhanmu?". Dalam ajaran Islam, pertanyaan ini akan ditanyakan malaikat kepada manusia di alam kubur. Namun, Jamain dalam kisah “Man Rabuka” malah mengartikan pertanyaan malaikat itu "Apa bekalmu?". Dan, karena ia dikubur bersama peti berisi candu, tuak, gambar porno, maka Jamain mengajak malaikat untuk menikmati barang-barang haram cerita, malaikat kemudian terbujuk dan terlena. Ia bahkan marah besar saat botol tuak milik Jamain sudah kosong. Malaikat lalu menendang Jamain dengan kaki kanan, sehingga ia melayang ke surga. Sementara Jamalin kena tendang kaki kiri malaikat sampai ia mendarat di kumpulan cerpen "Robohnya Surau Kami".Berkat imajinasi Navis yang kreatif dan berani, cerpen "Man Rabuka" jadi kental dengan kritik tajam sekaligus jenaka serta satire. Namun, kalangan umat Islam menilai cerpen itu sangat melecehkan agama Islam. Setelah dicabut dan dianggap tidak ada oleh harian Nyata dan majalah Siasat, "Man Rabuka" akhirnya hilang ditelan bumi. Cerpen ini juga tak pernah dibahas dalam sastra setengah abad kemudian, Ismet Fanany, dosen dan peneliti Deakin University di Australia, berhasil menemukan cerpen "Man Rabuka" di edisi majalah Siasat yang tersimpan dalam microfiche lembaran film 10 x 15 sentimeter di perpustakaan Monash University, Melbourne, analisa Ismet, seperti dikutip majalah Tempo, cerpen tersebut hilang karena tiga sebab. Pertama, banyak orang menganggap "Man Rabuka" memberi gambaran tidak baik tentang Islam. Kedua, cerpen ini diduga lanjutan dari "Robohnya Surau Kami" yang juga dinilai melecehkan Islam. Ketiga, cerpen ini terbit dalam suasana Sumatera Barat menentang kebijakan pemerintah Soekarno. Buktinya, pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia PRRI terjadi dua bulan pasca terbitnya "Man Rabuka".AA Navis bersama Gubernur DKI Ali Sadikin. Foto Yayasan LontarMenurut Ismet, "Man Rabuka" adalah korban "Robohnya Surau Kami" yang terbit lebih dulu dua tahun sebelumnya. "Sewaktu 'Robohnya Surau Kami' terbit, berbagai kalangan menganggap Navis mengejek Islam dan malah ada yang menuduhnya komunis atau Murba. Ketika 'Man Rabuka' terbit, tuduhan dan ejekan orang jauh kebih kuat," tulis Ismet."Sejak itu 'Man Rabuka' tidak pernah muncul lagi dalam antologi cerpen Navis yang banyak sekali jumlahnya. Sedangkan 'Robohnya Surau Kami' sepertinya dimaafkan dan muncul dalam berbagai antologi," kata Ismet dalam kolomnya "Mengumpulkan Cerpen Navis yang Terserak" di majalah Tempo edisi 4 September sebagai anggota Partai Komunis Indonesia PKI terhadap Navis dibenarkan Aksari Jasin, 86 tahun. Menurut istri Navis ini, setelah "Robohnya Surau Kami" terbit, mereka pernah didatangi polisi. "Nanti jika Papi tidak pulang, cari saja ke kantor polisi," kata Aksari teringat ucapan mendiang suaminya saat Navis bersama istri, Aksari Jasin. Foto Majalah TempoTak hanya itu. Pada 8-11 Agustus 1963, Navis mengikuti Konferensi Pengarang Asia-Afrika di Denpasar, Bali. Sepulang dari acara itu, ia dicap komunis dan dijauhi teman-teman pengarang di Sumatera Barat. Sebab, konferensi tersebut dihadiri para pengarang berhaluan kiri, seperti Pramoedya Ananta Toer dan Agam pengarang Islam, Navis membantah tudingan itu dengan menulis cerpen "Kemarau di Maninjau". Isi cerpen itu menegaskan pandangan keislaman Navis dan juga soal humanisme yang terkontrol oleh agama. Baginya, humanis yang tidak terkontrol oleh keimanan adalah "Robohnya Surau Kami" sendiri terinspirasi dari pengalaman nyata Navis saat pulang ke Padang Panjang dan melewati surau tempat belajar mengajinya semasa kecil. Surau itu sudah runtuh. Ia lalu bertanya kepada seorang perempuan yang tinggal dekat situ. Kata perempuan tersebut, sejak kakek garin-nya dalam bahasa Minangkabau, garin berarti penjaga masjid, red meninggal, tidak ada lagi yang mau Navis lahir pada 17 November 1924 di Kampung Jawa, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Ia adalah anak tertua dari 12 bersaudara. Ayahnya Nafis Sutan Marajo dan ibunya bernama Sawiyah. Jiwa seninya sudah terlihat sejak ia masih kecil. Ia menyukai kerajinan tanah liat dan antologi ini memuat 68 cerpen karangan AA remaja, ia bergabung dalam grup kesenian Barisan Seni Bangsa yang rajin mementaskan sandiwara, musik, dan melakukan pameran seni lukis. Ia juga mendirikan kelompok Seniman Muda Indonesia dan masuk dalam Sumatera Symphony Orchestra sebagai pemain berusia 28 tahun, Navis sempat tiga tahun bekerja sebagai pegawai pemerintah di Departemen Pendidikan di Bukittinggi. Di kala senggang, pria humoris ini menulis cerita dan sandiwara dengan mesin ketik di kantornya untuk disiarkan di Radio Republik Indonesia otobiografinya, Navis Satiris dan Suara Kritis dari Daerah 1994, Navis menyatakan bahwa menulis karya sastra merupakan bentuk ekspresi kegiatan intelektualnya. Ia selalu menyoroti kehidupan sosial, manusia, dan kemanusiaan dalam setiap karya sastranya. Ia juga setia menjadikan Minangkabau sebagai ruh dari karya-karyanya baik dalam wujud tokoh, perilaku, maupun lingkungan buku otobiografi ini, AA Navis juga mengungkapkan visi di "Man Rabuka", Navis juga mengangkat cerita tentang kehidupan sebelum dan setelah mati dalam cerpen "Dokter dan Maut", yang mengisahkan proses kematian lewat dialog antara Maut dan calon mayat. Begitu pula dalam cerpen "Sebuah Wawancara" yang menuturkan tentang wartawan yang bercerita kepada para nabi tentang kondisi kehidupan data Ismet Fanany, AA Navis sudah menulis 69 cerpen sampai akhir hayatnya pada 23 Maret 2003. Akan tetapi, hanya 68 cerpen yang berhasil ditemukan untuk dikumpulkan dalam buku Antologi Lengkap Cerpen Navis 2004. Satu cerpen yang masih belum ditemukan itu berjudul "Baju di Sandaran Kursi".Bagi Ismet, masa berkarya AA Navis begitu panjang. Ia juga selalu menunjukkan keberanian dan kebebasan sebagai penulis, serta senantiasa berusaha mencari kesempurnaan dalam membuat Majalah Tempo edisi 4 September 2016Sumber foto header Wikipedia/
Hasil foto saya sendiri pada saat berkunjung ke Museum. Sumber Foto milik sendiriJumlah Halaman 178 halamanPenerbit PT. Gramedia Widiasarana Idonesia, JakartaKemarau merupakan salah satu novel karya Navis yang menceritakan sebuah kampung yang mengalami musim kemarau panjang. Tanah dan sawah retak karena cuaca yang sangat kering dan panas. Para petani semakin berputus asa atas musim kemarau yang panjang. Untuk mengatasi hal itu mereka pergi ke dukun untuk mendatangkan hujan, namun hasilnya tidak ada. Dan setelah tidak ada hasil, barulah mereka ingat pada Tuhan. Setiap malam mereka pergi ke masjid untuk mengadakan ratib, mengadakan sembahyang meminta hujan. Tapi hujan tak turun juga. Keadaan itu membuat penduduk tidak mau lagi menggarap sawah mereka. Namun, ada seorang petani yaitu Sutan Duano yang tidak bermalas-malasan. Dalam keadaan kemarau panjang ini, ia mengambil air di sebuah danau agar bisa mengairi sawahnya sehingga padinya tetap tumbuh. la berharap agar para petani di desanya mengikuti perbuatan yang ia lakukan. Namun, bukannya mengikuti perbuatannya, penduduk malah menganggap Sutan Duano gila karena mengambil air danau pada musim suatu hari, datanglah anak kecil sekitar umur 12 tahun bernama Acin menghampiri Sutan Duano yang sedang duduk. Dia bertanya mengapa Sutan Duano mengangkut air dari danau dan bercerita tentang orang yang tidak mau mengairi sawahnya pada saat musim kemarau. Setelah lama mereka berbincang Acin pun bekerja sama untuk mengambil air danau dan mengairi sawah mereka. Para penduduk yang melihat hal tersebut menganggap Sutan Duano sedang mencari perhatian kepada ibu Acin, yaitu Gundam janda enam tahun dengan dua orang anak. Mereka terus memperbincangkan Sutan Duano yang asal usulnya tidak jelas sambil bermain sore hari, ketika ia mengadakan pengajian di surau untuk kaum perempuan, Sutan Duano merasa sudah tiba saatnya untuk memengaruhi kaum perempuan untuk bergotong royong mengangkut air untuk membedakan mana sawah yang disiram dengan yang tidak disiram. Lalu ia berkata "meskipun manusia itu ada yang mengingkari Tuhan, kafir, munafik, tetapi kalau mereka giat berusaha, berani menantang kesulitan, mereka akan dapat lebih banyak dari orang yang malas, meski orang malas itu rajin sembahyang". Kemudian bercerita tentang susahnya orang zaman dahulu mempertahankan hidup dan kesulitan di negeri orang. Namun tetap saja hal itu tidak membuat penduduk setuju atas ajakan untuk mengairi Duano hampir putus asa akan hal tersebut. Apalagi para perempuan yang datang mengaji bukan untuk mendengarkan ceramahnya, melainkan mereka suka kepada Sutan suatu hari ia menerima surat dari anaknya yang berada si Surabaya. Anaknya meminta Sutan Duano untuk ke Surabaya. Dan berita itu pun meluas ke seluruh penduduk Mereka takjub bahwa Sutan Duano sudah memiliki anak yang kaya, bahkan mempunyai cucu. Padahal selama ini tak seorang pun tahu riwayat hidup dan asal-usulnya. Ini sebab Kutar membaca surat Sutan Duano merenungi masa lalunya, istrinya meninggal karena melahirkan anak keduanya, setelah itu dia kawin lagi tetapi istrinya tidak sebaik ibu Masri yang telah meninggal dan akhirnya cerai. Untuk mengisi kesepiannya, Sutan Duano bermain dengan perempuan malam dan Masri melihat hal tersebut dan marah kepada perempuan malam itu dan memukulnya sampai ia masuk penjara selama tiga bulan. Setelah ia keluar, dikampung itulah dia tobat. Sesampainya Sutan Duano di Surabaya, hatinya hancur ketika ia bertemu dengan mertua anaknya. Ternyata mertua anaknya adalah Iyah, mantan istrinya. Ia merasa kedatangannya adalah sesuatu yang sudah ditakdirkan, ia ingin meminta maaf atas perlakuannya di masa lalu. Dan akan memberitahu kepada anaknya tentang hubungannya dengan Iyah. Namun, Iyah sangat marah kepadanya dan mengusirnya, tetapi Sutan Duano tidak menyerah dan Iyah memukul kepala mantan suaminya itu dengan sepotong kayu. Kemudian Masri datang dan melihat Suan Duano bersimbah darah, Iyah merasa menyesal kemudian ia memberitahukan kepada Arni dan Masri bahwa Sutan Duano adalah mantan suaminya. Betapa terkejutnya Arni mendengarnya. Tak lama kemudian, Iyah meninggal dunia, sedangkan Sutan Duano pulang ke kampung halamannya dan menikah dengan Gundam, yaitu ibu dari dari novel ini terdapat banyak pesan moral dalam setiap ceritanya. Salah satunya, sifat dari tokoh Sutan Duano digambarkan dengan jelas, tokoh tersebut menyadarkan kita tentang begitu banyak hal yang seharusnya kita lakukan dan meninggalkan hal-hal yang tidak berguna. Di novel ini juga mengajarkan kita untuk bekerja keras, kita tidak boleh pasrah hidup kita kepada nasib, dukun, dan Tuhan. Lalu di novel ini juga mengajarkan kita untuk selalu mengingat dari novel ini hanya pada penggunaan bahasa yang sulit dipahami oleh masyarakat umum dan terdapat istilah asing yang saya tidak pahami.
cerpen kemarau karya aa navis